"Rabu pungkasan/wekasan" mitos ini marak beredar jelang
pergantian tahun baru 2014. Dalan pesan berantai blackberry messenger
beredar dinyatakan "Rabu wekasan, malam tahun baru pada tahun ini
berbeda dengan tahun-tahun yang sudah lalu karena malam tahun baru pada
tahun ini bertepatan pada hari rabu terakhir atau "arba'mustamir di
bulan shafar".
Dalam broadcast BBM itu juga dikatakan "pada hari rabu tersebut Allah akan menurunkan beribu-ribu malapetaka (bala') oleh sebab itu pada tahun ini diharapkan Untuk tidak ber lebih-lebihan dalam merayakan tahun baru masehi 2014. Karena setiap manusia tidak tau musibah apa yang akan diturunkan pada hari itu..SEBARKAN TEKS INI seikhlasnya ke KONTAK MU pada sebagian mukmin ALLAH".
Apakah Rabu Wekasan?
Seperti dikutip laman majalahlangitan.com, pada hari Rabu terakhir bulan Shafar (Hijriyah) animo masyarakat sedikit berubah, kesan mistik dan spiritual budaya kuno begitu kentara, dari selembaran rajah-rajah (jimat) berbahasa arab yang tersebar dari tangan ketangan, usungan tumpeng (ambeng:Jawa), dan doa khusus pada hari yang kemudian terkenal dengan Rabu wekasan adalah gambaran bahwa, hari Rabu itu bukan hari biasa.
Tradisi-tradisi pada hari Rabu terakhir bulan Shafar yang merata hampir di seluruh nusantara, khususnya di Jawa, dan ada sampai sekarang, adalah ritual yang sudah turun-temurun dari ratusan tahun lalu. Sakralitas pelaksaan upacara atau acara dalam menyambut "Rabu wekasan", membuat “keangkeran” makin menancap dibenak masyarakat.
Uniknya, ritual pada "Rabu Wekasan" itu berbeda di setiap daerah. Itu kenapa, Rabu wekasan terkenal menjadi Rabu pungkasan (Yogyakarta), Rebo kasan (Sunda Banten), Rebbuh bekasen (Madura) dan Rabu bekas di sebagian daerah. Ini tidak lain karena aplikasi ritual dan keyakinan masyarakat terhadap “Hari keramat” tersebut sangat tinggi.
Praktek sholat pada hari "Rabu Wekasan", ternyata sudah turun temurun dilakukan dipelbagai daerah. Tidak sedikit dari kaum muslimin yang melakukannya secara berjamaah. Kaifiyah sholat Rabu wekasan ini “agak beda” dengan sholat pada umumnya. Yakni, sholat empat rokaat dengan satu salam, pada masing-masing rakaat setelah Al Fatihah, membaca surat Al Kautsar 17 kali, surat Al Ikhlas 5 kali, Al Falaq 1kali, An Nas 1 kali (pada setiap rakaat), setelah salam membaca doa khusus. Ritual ini sebagaimana yang terdapat dalam kitab Jawahir Al Khomis karya Syeikh Al Kamil Farid Ad Din dan kitab Mujarobat karya Syaikh Ad Dairobi.
Namun, Syeikh Zainuddin murid dari Syeikh Ibnu Hajar Al Maliki dalam kitab Irsyadul Ibad mengatakan bahwa, sholat shafar termasuk Bid’ah madzmumah (tercela). Maka bagi orang yang ingin melaksanakan sholat pada hari itu (bulan Shafar), hendaknya berniat melaksanakan sholat sunnah mutlak (sholat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangan).
Hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1980 M di PP Asem Bagus yang mengacu kepada pendapat atau fatwa dari Roisul akbar NU Syaikh Hasyim Asy’ari pun mengatakan bahwa, melakukan sholat Shafar (Rabu Wekasan) tidak boleh, karena tidak ada dalil dan masyru’ah dari syara’.
Ritual Rabu Wekasan di pelbagai daerah
A. Upacara Rebo Pungkasan Wonokromo Plered
Rabu Pungkasan (Rabu Wekasan) bagi masyarakat Yogyakarta memiliki
historis tinggi, upacara ritual yang rutin diadakan pada Rabu akhir pada
bulan Shafar di lapangan desa Wonokromo Plered Bantul Yogyakarta
ini berlangsung sejak 1784 M, ada juga mengatakan sudah ada sejak tahun
1600 M. latar belakang dari upacara ini adalah pertemuan antara Sri
Sultan Hamengkubuwono I dengan Kiai Faqih Utsman, seorang ulama yang
menjadi penasehat spiritual Raja Ngayogyakarta sekaligus tabib
(ahli pengobatan) yang mampu menyembuhkan penyakit yang menyerang warga
Wonokromo. Tempat pertemuan di tempuran Kali Opak dan Kali Gajah Wong.
Di Bantul, Tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan dilaksanakan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Puncak acara dalam tradisi ini adalah kirab lemper (makanan yang terbuat dari beras ketan) raksasa berukuran tinggi 2,5 m dengan diameter 45 cm dari Masjid desa Wonokromo menuju Balai Desa Wonokromo. Kirab ini diawali dengan barisan Kraton Yogyakarta, disusul lemper raksasa, dan kelompok kesenian rakyat seperti sholawatan, kubrosiswo, rodat dan sebagainya. Lemper raksasa tersebut dibagikan kepada para undangan yang hadir, sedangkan gunungan makanan yang lain diperebutkan oleh masyarakat untuk dibawa pulang. Karena dianggap mempunyai berkah bagi yang bisa membawa pulang. Pergelaran tradisi ini juga diisi dengan pesta rakyat, berupa pasar malam dan pergelaran seni tradisional.
B. Ritual Rabu terakhir di Gresik
Tradisi yang sudah ada
dari ratusan tahun lalu itu lebih terlihat sebagai acara sebagaimana khaul
atau acara pengajian pada umumnya. Ini tak lain pada hari jadi, di Suci
Gresik diadakan acara selametan dan pengajian umum serta ajang
silaturahmi. “Di suci Gresik, acara Rabu wekasan adalah acara
silaturahmi” begitu komentar tokoh yang tidak mau disebutkan namanya.
“Jadi ada hikmah besar yang dapat diambil manfaat dalam perayaan Rabu
wekasan di sini” lanjut beliau.
C. Tradisi Saparan Cirebon
Ngapem,
berasal dari kata Apem, yakni kue yang terbuat dari tepung beras yang
difermentasi. Apem dimakan disertai dengan pemanis (Kinca) yang terbuat
dari gula jawa dan santan. Umumnya, masyarakat Cirebon sampai sekarang
masih melakukan ini dengan membagi-bagikan ke tetangga. Ini adalah
ungkapan syukur (Selametan) di bulan Sapar (Jawa) agar kita terhindar dari malapetaka.
Ngirab, yang artinya bergerak atau menggerakkan sesuatu untuk membuang yang kotor, adalah adat masyarakat Cirebon mandi di sungai Drajat (petilasan Sunan Kali Jaga). Dengan menggunakan perahu, mereka ngalap berkah di sungai yang konon tempat Sunan Kali Jaga membersihkan diri, pada Rebo wekasan saat berguru kepada Sunan Gunung Djati. Rebo wekasan, ritual ini biasanya terlihat ketika segerombolan anak-anak kecil berkopyah dengan sarung yang dikalungkan ke badannya ,berkeliling dari rumah ke rumah masyarakat sambil menyenandungkan nyanyian “Wur Tawur nyi tawur, selamat dawa umur…” (Bu, bagikanlah sesuatu ke kami, semoga selalu sehat, aman dan panjang umur..). Yang artinya, selamatlah Anda setelah hari Rebo terakhir ini. Biasanya, si empu rumah akan menanyakan, “Sing endi cung?” yang akan dijawab oleh gerombolan tadi, dari pesantren, kampung atau daerah mereka tinggal. Ritual unik itu berlangsung sesudah sholat Isya’ sampai Subuh.
D. Rabu Wekasan di Jember
Di Jember Rabu wekasan diisi dengan antrian masyarakat mengabil air yang diyakini memberi
berkah. Ini terjadi di desa Wringin Agung Jombang, Jember Jawa Timur,
pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, masyarakat berduyun-duyun antri di
sebuah gentong mengambil air darinya, yang diberi piring bertuliskan
rajah Arab. Mereka yakin bisa menolak 313.000 bala’.
Di Pelbagai daerah lain, pada Rabu Wekasan, masyarakat mengadakan selametan di musholla dan masjid-masjid desa. Ada yang mengadakannya dengan membaca istighosah, Yasinan, dan dzikir atau bacaan-bacaan pujian lainnya. Yang jelas, orientasi mereka hanyalah aplikasi syukur kepada Allah, dan berdoa agar terjaga dari mara bahaya.
Di Pelbagai daerah lain, pada Rabu Wekasan, masyarakat mengadakan selametan di musholla dan masjid-masjid desa. Ada yang mengadakannya dengan membaca istighosah, Yasinan, dan dzikir atau bacaan-bacaan pujian lainnya. Yang jelas, orientasi mereka hanyalah aplikasi syukur kepada Allah, dan berdoa agar terjaga dari mara bahaya.
Tentunya, ketika ritual dan tradisi berisi amaliyah baik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-qur’an, Hadits, Ijma’ dan Atsar bukanlah sebuah bid’ah yang dlolalah. Bahkan, menurut Imam Syafi’I, yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam kitab Syarah Fathul Mubin mengatakan :
َما أَحْدَثَ وَخَالَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعًا أَوْ أَثَراً فهو البِدْعَة الضَالَّة، وَما أحْدَثَ مِن الخَيْرِ ولم يُخَالِفْ شَيْئًا من ذَلِكَ فهو البِدْعَة المَحْمُودَة
“Sesuatu yang bertentangan dengan Alqur’an, Hadits, Ijma’ dan Atsar adalah bid’ah dlolalah (sesat), sedangkan amaliyah baik yang tidak bertentangan dengan hal tersebut, maka ia adalah bid’ah yang mahmudah (terpuji)”.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Nabi bersabda, waspadailah hari Rabu
karena ia hari sial. Diriawayatkan pula, setiap tahun 320.000 bencana
turun pada rabu terakhir bulan Shafar. Dianjurkan untuk melakukan shalat
dua rakaat dua kali (empat rakaat). Pada setiap rakaat membaca
al-fatihah dan surah al-Kautsar 17 kali, al-Ikhlas 5 kali dan an-Naas dan
al-Falaq masing-masing 1 kali.
Usai shalat, dianjurkan membaca doa sebagai berikut:
{يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَ يَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ يَا
عَزِيْزُ يَا عَزِيْزُ، ذَلَّتْ بِعَظَمَتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ،
فَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجْمِلُ يَا مُنْعِمُ يَا
مُفْضِلُ يَا لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِيْنَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَ
كَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ
اٰلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ
"Wahai Zat Yang Mahakuat, wahai Zat Yang Mahaperkasa, wahai Zat Yang
Mahamulia, sungguh rendah semua makhluk-Mu di hadapan keagungan-Mu, maka
jauhkanlah kejahatan dariku makhluk-Mu, wahai Zat Yang Mahaindah,
Pemberi karunia dan anugerah, tiada tuhan selain Engkau! Mahasuci
Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim, kami terima
untuknya, kami selamatkan ia dari kejenuhan dan kami selamatkan kaum
mukminin, anugerahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang
suci".
Secara etimologis, kalimat Rebo Wekasan berasal dari dua suku kata,
yaitu Rebo yang berarti hari Rabu, dan wekasan yang berarti pamungkas,
ujung, terakhir. Sedangkan secara terminologi, Rebo wekasan dapat
didefinisikan sebagai bentuk ungkapan yang menjelaskan satu posisi
penting pada hari Rabu diakhir bulan khususnya pada akhir bulan Shafar,
untuk kemudian dilakukan berbagai ritual seperti shalat, dzikir,
pembuatan wafaq untuk keselamatan, dan sebagainya, supaya terhindar dari
berbagai musibah yang akan turun pada hari Rabu akhir bulan Shafar itu.
Pemahaman ini bersumber pada penafsiran Al-Qur’an surat Al-Qomar ayat
19 “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang
sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”. (Q.S. Al-Qomar : 19)
Kalimat Yaumu Naĥsin disana difahami oleh sebagian ‘Ulamà sebagai
hari Rabu sebagaimana yang telah dikatakan Ibnu ‘Abbas, “Tidaklah suatu
kaum mendapatkan siksa melainkan pada hari Rabu”. dan diperkuat dengan
perkataan Al-Qozwiny yaitu “Hari Rabu merupakan hari yang terdapat
sedikit kebajikan, dan hari Rabu pada akhir bulan merupakan hari sial
yang terus menerus”.
Istilah Rebo Wekasan mulai dipopulerkan di Indonesia sekitar
tahun 1987 Masehi. Kemungkinan besar istilah ini mulai disebarkan oleh
para murid dan anak angkat dari Syeikh Shoghir/Ni’mat yang pada waktu
itu beliau satu-satunya Hakim Mahkamah Syar’i di Mekah yang berasal dari
kalangan melayu, selain itu beliau juga terkenal sebagai Syeikh Haji
yang sangat masyhur pada zamannya. Pada tahun 1987 ini, kitab besar
karya Syeikh Ni’mat yang berjudul al Bahjatu al Marďiyyaħ fī Fawāidi al
Ukhrawiyyaħ, tertanggal 20 Sya’ban 1296 H/1878 M di Makkaħ al
Musyarrafaħ mulai banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah
satunya adalah bahasa Sunda. Namun tidak tahu persis siapa sebenarnya
yang pertama kali menerjemahkannya kedalam bahasa Sunda.
Amalan Doa Rabu Wekasan
Imam Fariduddin Syakar Kan dalam kitab Awrad
al-Khawajah Mughniddin, seperti yang disebutkan pula dalam kitab
Al-Jawahir al-Khams, mengatakan Asy-Syaikh Al-Buni di dalam kitab
Al-Firdaus menyebutkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan bala pada
hari Rabu terakhir bulan Shafar antara langit dan bumi. Lalu diterima
oleh Malaikat Quthbul Gauts yang menyebarkannya ke penjuru alam. Apapun
yang terjadi berupa kematian, bala atau musibah itu adalah yang
disebarkan oleh Quthbul-Gauts.
Sebagian orang Ahli Makrifat termasuk orang yang Ahli Mukasyafah
(orang yang bashirah sirrinya telah dibuka oleh Allah sehingga dapat
mengetahui sesuatu yang ghaib) dan Ahli Tamkin (orang yang sudah mapan
di dalam derajat haqiqat/makrifat), ia berkata: “Setiap tahun Allah
menurunkan bala’ (bencana) jumlahnya 320.000 bencana, kesemuanya
diturunkan pada hari Rabu yang terakhir pada bulan Shafar, karenanyalah
hari itu menjadi hari yang paling berat dalam setahun".
Adapun kaifiyahnya :
- Shoalt sunnah dikerjakan setelah habis Maghrib atau Isya'.
- Niat sholat sunnah Muthlaq sebanyak 4 rakaat 2x salam :
أُصَلِّي سنة مطلقةً رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالٰى
- Tiap raka’atnya membaca :
1. Surat Al-Fatihah 1 x
2. Surat Al-Kautsar 17 x
3. Surat Al-Ikhlas 5 x
4. Surat Al-Falaq 1 x
5. Surat An-Naas 1 x
- Setelah salam membaca doa :
Maka Allah dengan sifat Karom-Nya akan menjaga orang tersebut dari
semua bencana yang diturunkan pada hari itu dan bencana-bencana itu
tidak akan mengitari di sekitarnya sampai sempurna satu tahun.
Seorang ulama shalihin juga menyebutkan bahwa hari Rabu terakhir
bulan Shafar merupakan Yaumu Nahsin Mustamirr (hari yang penuh dengan
bala'), maka disunnahkan pada hari itu membaca surah Ya-Siin, dan ketika
sampai pada bacaan “salamun qowlam-mirrabbirrahim” hendaklah
mengulang-ulangnya sebanyak 313X. Setelah selesai membaca surah, hendaklah
membaca doa berikut :
Dari berbagai sumber
Author : coxelgokil | ACI BUDAYA
Anda telah membaca
artikel tentang : Tahun Baru Dan Rabu Pungkasan Waspadai Bencana Di Tahun 2014. Oleh Admin, Anda diperbolehkan mengcopy-paste atau menyebarluaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya. Terimakasih...